Revitalisasi Desa Wisata Dibutuhkan untuk Bertahan dalam Masa Pandemi

ByYuni Lestari

11 February 2021

SLEMAN | NARASIDESA.COM – Dalam masa pandemi yang belum tahu kapan akan benar-benar berakhir ini yang dibutuhkan agar pariwisata bertahan adalah dengan melakukan upaya Revitalisasi. Demikian disampaikan oleh Cahyadi Joko Sukmono, MM, Tenaga Ahli Ketahanan Ekonomi dan Sosial DIY dalam kesempatan Sarasehan Forum Desa Wisata kemarin (10/02) yang berlokasi di Desa Wisata Pentingsari, Cangkringan Sleman DI Yogyakarta.

“Revitalisasi Desa Wisata difokuskan pada 3 agenda, yaitu Adaptasi terhadap situasi dan kondisi pandemi, Inovasi yang difokuskan untuk resiliensi dan pemulihan awal, serta tatakelola Kolaborasi,” tambah Cahyadi yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi BDS Indonesia ini.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Ketahanan Berbangsa dan Politik (Bakesbangpol) DIY bekerjasama dengan Narasidesa dan AELI ini merupakan kegiatan pertama dari total 15 sarasehan yang dimaksudkan untuk memetakan kebutuhan dan peluang pemulihan aktivitas pariwisata dalam masa pandemi. Kasubbid Ketahanan Ekonomi Bakesbangpol DIY, Dra. Eko Nursanti dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menginisiasi kegiatan dan aktivitas yang aman dan sehat di desa-desa wisata, bahwa dengan protokol mitigasi dan penanganan yang tepat aktivitas wisata masih dapat dilakukan secara terbatas (private tourism), bukan mass tourism.

Sarasehan dijalankan dengan kedisiplinan pada protokol kesehatan, dihadiri 30 orang perwakilan dari desa wisata di kabupaten sleman, perwakilan beberapa bumdes dan pengelola wisata desa, serta dari unsur komunitas.

Sedangkan pemantik diskusi adalah Wahjudi Djaja, SS dari Badan Promosi Pariwsata Sleman (BPSS) dan Agus Supriyo yang merupakan Ketua DPD Asosiasi Eksperiental Learning Indonesia (AELI) DIY. Dalam paparannya Wahjudi menyoroti tentang banyaknya desa wisata yang dibangun secara latah tanpa visi yang panjang, sehingga ketika terjadi gerjolak seperti wabah covid-19 ini banyak yang tidak mampu bertahan. Selain itu menurut Wahyudi masih banyak desa wisata yang memiliki masalah dalam tatakelola SDM dan regenerasi secara internal.

Sementara Agus Supriyo menyampaikan materi tentang eksperiental learning yang dapat menjadi konten bagi atraksi desa wisata. Eksperiental learning sering dipahami sebagai outbound, namun EL bukan sekedar kegiatan berbasis aktivitas luar ruang saja, namun lebih kepada pemaknaan dari aktivitas outbound tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Doto Yogantoro yang merupakan perintis Desa Wisata Pentingsari sekaligus ketua Forkom Desa Wisata DIY menyampaikan bahwa kondisi pandemi jelas membawa dampak signifikan terhadap perkembangan dan kegiatan ekonomi masyarakat di desa wisata karena adanya kebijakan pembatasan perjalanan dan aktivitas sosial. Pemerintah harus membuat kebijakan yang tepat, jangan mematikan aktivitas ekonomi masyarakat.

“Mungkin perlu dibuat panduan bagaimana wisata yang aman dan sehat dilakukan, baik oleh wisatawan, pengelola wisata, maupun berbagai pelaku yang terkait dalam rantai nilai industri pariwisata,’ demikian penjelasannya kepada ND. (DWS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *