Koperasi Digital Satuaja, Upaya Modernisasi Koperasi Indonesia

ByRochmadtulloh

4 March 2023

Yogyakarta | Narasidesa.com | Apa yang anda pikirkan saat penyebutan kata koperasi? Apakah sesuatu yang kolot, jadul, dan hanya seputar kegiatan simpan pinjam?

Di tangan seorang inovator, koperasi bisa berwujud digital. Anggotanya bisa menjangkau seluruh nusantara bahkan beberapa tinggal di luar negeri. Omzet bisa tembus puluhan miliar.

Adalah seorang bernama Adi Sumunar yang awalnya membuat sebuah aplikasi satuaja. Satuaja adalah sebuah koperasi pemasaran terintegrasi secara hybrid. Kegiatannya ada yang offline berupa minimarket serta online berupa marketplace.

“Anggota -anggotanya nawarin produk serta melakukan transaksi pakai aplikasi. Nanti mereka dapat SHU (sisa hasil usaha). Hitungannya harian,“ kata Adi Sumunar kepada narasidesa.com.

Transaksi yang ada di aplikasi maupun marketplace akan diakumulasi. Setelah dihitung berapa hasil penjualan hari itu, dikurangi biaya-biaya termasuk pajak, maka akan muncul keuntungan yang akan dibagi secara otomatis ke para anggota.


Setiap hari ada keuntungan berapapun akan dibagi ke seluruh pemilik modal yaitu anggota. Anggota bisa memantau laporan penjualan harian dan hak SHU mereka secara online yang tersistem dan terintegrasi.

Mereka juga bisa terus memantau saldo hariannya bertambah berapa. Mereka juga bisa menjadi penjual dan menawarkan produk sekaligus dalam satu aplikasi.

Perbedaan dengan Aplikasi Lain

“Kalau aplikasi lain kan gratisan ya? Kalau kita tidak gratis, tetapi sebagaimana koperasi ada simpanan pokok dan wajib yang harus disetor. Jadi ada simpanan pokok dan simpanan wajib. Nanti ada timbal balik ke mereka. Ada cashback dan SHU setiap transaksi. Karena adanya partisipasi aktif setiap anggota, sekarang kita kerjasama dengan koperasi-koperasi lain di banyak tempat di Indonesia, “ kata Adi Sumunar

“Aplikasinya daftar di kementrian kominfo tetapi kelembagaannya di kementrian koperasi.” Lanjutnya

Anggota Koperasi yang tercatat per-akhir November 2022 sudah mencapai 2.200 orang. Anggota tersebar di seluruh Indonesia, paling banyak di Bali, dan Jawa Timur. Bahkan ada yang tinggal di luar negeri. Para TKI (Tenaga Kerja Indonesia) menggunakan aplikasi untuk mengirimkan uang kepada keluarganya yang ada di Indonesia.

Mereka biasanya berjualan pulsa luar negeri. Dengan aplikasi mereka mendapat keuntungan tidak perlu kena biaya kirim dalam bentuk mata uang asing. Kalau jadi anggota, mereka mendapatkan harga beli yang masih memungkinkan untuk dijual lagi.

Keuntungan lain sebagai anggota, Satuaja sudah terintegrasi dengan berbagai macam fitur seperti transportasi umum. Jadi misalnya bepergian ke Bali, anggota tidak perlu lagi mencari sarana transportasi di sana karena sudah ada yang bekerja sama dan menyediakannya.

Bagi yang tertarik mendaftar, tinggal donwnload di playstore aplikasi satuaja. Lalu Top Up untuk membayar simpanan pokok dan wajibnya. Maka secara resmi kita telah menjadi anggota koperasi dan dapat hak SHU. Sudah pula mendapatkan hak untuk membeli dengan harga yang berbeda dengan yang lain yang bukan anggota. Simpanan pokok sebesar 20 ribu. Simpanan wajibnya 5 ribu rupiah mesti dibayar setiap bulan.

Tidak Sengaja Menjadi Teknologi Provider Koperasi

Awalnya mantan dosen ini sama sekali tidak mengenal koperasi. Tahun 2019 ia mendirikan usaha berbadan hukum PT (Perseroan Terbatas) di Kota Yogyakarta.

“Pada saat itu kita sudah pakai prinsip untuk saling berbagi. Lalu banyak pihak mengapresiasi kok kayak koperasi ya? Tetapi kita awalnya tidak tahu sama sekali koperasi itu seperti apa? Kebetulan kegiatan berbagi kita terkendala adanya regulasi, jadinya kita terus belajar lalu beralih ke koperasi. Karena secara aturan, prinsip koperasilah yang memungkinkan, “ kata Adi Sumunar.

Setahun berikutnya, tahun 2020 usahanya berubah badan hukum menjadi koperasi. Dan ternyata anggota-anggota yang sudah ada setuju, karena bentuk koperasi justru dinilai lebih tepat daripada PT.

Pandemi justru menjadi momentum. Banyak pihak yang mengeluh dunia usaha turun, usahanya justru baru naik. Total omset penjualan sudah tercatat tembus sepuluh miliar rupiah sekarang.

Kini, usahanya telah dinobatkan sebagai koperasi dengan teknologi provider. Waktu diminta oleh kementrian melakukan pameran ke Jakarta, usahanya adalah satu-satunya yang berbasis koperasi di ranah teknologi digital. Yang lain berbentuk PT dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Disana, satuaja dikasih tempat yang setara sebuah anak perusahaan BUMN.

“Di sana kita dikasih tantangan digitalisasi koperasi-koperasi lain yang ada. Jadinya kita rombak dari bikin aplikasi yang awalnya hanya untuk kita saja, tetapi koperasi-koperasi lain juga bisa mengadaptasi konsep bisnis kita. Kita tidak merasa rugi. Karena justru kekuatan koperasi kan ada di kolaborasi,” lanjut Adi.

Saat ini satuaja dibantu kementrian untuk digitalisasi terhadap koperasi lain. Sekarang ada duapuluhsatu koperasi yang dibantu digitalisasi. Didampingi dan kolaborasi bersama-sama. Kini, Adi memposisikan diri sebagai teknologi provider koperasi.

Sebagai hasilnya, sudah terbentuk binaan seperti Koperasi Jonggrang, Koperasi Ampuh, Koperasi Pandu (pramuka), Koperasi SMS Digital, Koperasi Minyak Kayu Putih, dll.

Pendampingan yang dilakukan hingga mereka bisa digitalisasi secara mandiri. Bukan hanya aplikasi saja ,tetapi dasboardnya juga. Yaitu bagaimana mengurus dan mengelola aplikasi.

Adi mengaku, tantangan terbesar yang dihadapi adalah menciptakan trust atau kepercayaan anggota-anggotanya yang berjumlah ribuan.

“Karena bisnis kita skala nasional jangkauan lokasinya jauh, ada yang bilang ini kantornya dimana ya? Untuk meyakinkan secara kontinyu tidaklah mudah. Begitu ada sedikit masalah di aplikasi, lagi down beberapa menit saja, pikiran orang sudah aneh-aneh. Wah jangan-jangan ini sudah tutup?,” kata Adi tertawa.

Start up berbasis koperasi bagi Adi sebuah tantangan, karena masih sedikit yang melakukannya. Yang membanggakan baginya adalah bisa membagikan SHU setiap hari. Ini belum mungkin dilakukan oleh koperasi non digital.

“Saya tidak melihat besarnya ya? Yang penting pergerakannya ada, “ kata Adi

Karyawan aplikasi marketplace sekarang ada sepuluh orang dari awalnya enam orang. Sementara dua minimarket satuaja memiliki lima orang karyawan. Minimarket berdiri dari kumpulan modal dari anggota koperasi sendiri. Setiap hari ada keuntungan berapapun akan dibagi ke seluruh pemilik modal. Secara sistem bisa dipantau secara online report penjualan sekaligus keuntungan bersihnya dan dibagikan langsung secara harian.

“Harapannya ke depan lebih banyak koperasi digital. Dan mereka ngga perlu ngembangin aplikasi lain. Cukup aplikasi mereka sendiri. Itu sudah akan menjadikan koperasi menjadi setara sebuah korporasi. Koperasi tidak lagi dipandang sebelah mata yang secara umum hanya dikenal masyarakat sebagai lembaga simpan pinjam saja, “ pungkas Adi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *