Jelang Ramadhan, Warga Ziarah ke Makam Kuno Penyebar Agama Islam

Bynch

13 March 2024

Sleman – Narasidesa.com | Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan 1445 Hijriyah, banyak warga menjalankan tradisi “nyadran atau sadranan” atau “nyekar” ke makam orang tua dan leluhur yang sudah meninggal. Dalam Islam, ritual ini dinamakan ziarah kubur. Tak hanya ke makam leluhur, mereka juga berziarah ke makam para tokoh penyebar agama Islam. Di Yogyakarta misalnya, banyak bertebaran tokoh yang menjadi panutan di zamannya, seperti GBPH Sandiyo (Mbah Kiai Nur Iman, Masjid Pathoknegoro Mlangi), dan Raden Mas Kiai Chasan Bisri atau Kyai Muhcin Besari yang terletak di belakang masjid kagungan Dalem Sambisari, Kalurahan Purwomartani, Kapanewon Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Beliau merupakan putra Kyai Nur Iman dari Mlangi atau adik dari Raden Mas Kyai Mursodo di Plosokuning, Kalurahan Minomartani, Kapanewon Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Seiring memasuki bulan ruwah atau menjelang datangnya bulan suci Ramadhan 1445 hijriyah tahun ini, mulai banyak yang mengunjungi makam kuno ini. 

Selain melakukan tabur bunga sebagai simbol mengharumkan nama orang yang sudah meninggal dunia, warga yang datang juga mendoakannya sambil mencari keberkahan atau “ngalap berkah”. Ini dilakukan sebagai salah satu dari bagian prosesi sadranan yang digelar setiap tahun pada bulan rwuah penanggalan Jawa.

Dalam kegiatan sadranan juga turut dihadirkan dua gunungan yang disusun dari hasil bumi seperti buah-buahan dan sayur sayuran menjadi simbol sedekah sebagai puncak kegiatan sadranan yang digelar di serambi Masjid Kagungan Dalem Sambisari.

Takmir Masjid Kagungan Dalem Sambisari, Hadiyat menyebut digelarnya tradisi sadranan di serambi Masjid Kagungan Dalem Sambisari ini diharapkan warga selalu menjaga tradisi adat istiadat masyarakat Jawa yang berlandaskan Islam.  

“Mudah-mudahan tradisi sadranan mempererat tali silaturahmi dari garis keturunan yang ada, sehingga menguatkan garis keturunan”, ujar Hadiyat.

Sementara itu, Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa yang hadir berziarah mengatakan, kegiatan sadranan merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan kalangan masyarakat terutama saat memasuki bulan Ruwah. “Tentunya kegiatan ini harus dijaga dan dilestarikan, sehingga menjadi sarana ngalap berkah,” ujarnya.

Dari catatan yang ada, pembangunan Masjid Sambisari sekitar tahun 250 tahun atau sekitar 1770 silam. Selain menjadi pusat dakwah Islam disisi timur kota Yogyaarta, masjid juga sebagai pusat pemerintah kegiatan budaya bahkan pertahanan. Sejumlah catatan juga disebutkan, dari sekitar 60 masjid milik keraton Yogyakarta, saat ini baru sekitar 50 persennya yang sudah bisa kembali atau terambil alih kembali oleh pihak keraton, hal itu dikarenakan terdapat berbagai kendala.(nch)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *