Bantul – Narasidesa.com | Usaha kerajinan rotan di Jalan Imogiri, Bantul terus menggeliat, bahkan dalam dua minggu ke depan bersiap untuk ekspor ke Jepang menyusul pesanan tas rotan dari Australia. Usaha kerajinan rotan yang diberi nama Anggun Rotan tersebut didirikan oleh sang pemilik, Panut Mulyawiyata, pada Oktober 2001. “Dua minggu ke depan saya akan ekspor ke Jepang sebanyak 790 pcs tas rotan melalui agensi yang berada di Bali. Dalam pemasarannya, kami lakukan dengan cara membangun relasi dan juga lewat medsos serta mengikuti pameran-pameran,” ungkapnya.
Panut menceritakan bahwa ia mulai mengenal kerajinan rotan sejak bekerja sebagai karyawan di pabrik rotan khusus furniture pada tahun 1990 di Cirebon, yang kemudian berpindah ke Solo, Jawa Tengah. Kemudian pada tahun 1997 dengan berbekal ilmu kerajinan rotan yang dimilikinya, ia pindah ke Bantul, Yogyakarta, dan merintis usaha sendiri bekerjasama dengan orang Jogja, selaku investor, sementara ia sendiri selaku perajin sekaligus pengelola usahanya. Kerjasama rekanan ini berlangsung hingga tahun 2001. Memasuki bulan Oktober 2021, Panut berdiri sendiri dan berdirilah Anggun Rotan yang beralamat di Jl. Imogiri Timur KM 14, Pedukuhan Manggung, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Dulu namanya bukan Anggun Rotan, awalnya saya membuat tas dari rotan dengan varian baru. Dengan melihat tas dari bambu terlebih dahulu, ternyata banyak yang suka, kemudian baru saya beralih ke rotan,” kisahnya, saat ditemui Narasidesa (Senin, 3/6/2024).
Berbagai macam pemasaran dilakukan oleh Anggun Rotan, mulai dari cara konvensional, menggunakan media sosial hingga mengikuti berbagai macam pameran. “Ikut pameran pertama kali tahun 2002 di Pagelaran Kraton Jogja, berlanjut di Hotel Inna Garuda Malioboro, hingga yang paling terkesan sewaktu dapat ikut serta dalam pameran bergengsi yaitu Inacraft di Jakarta. Saya sangat bangga karena tidak mudah untuk usaha kerajinan seperti produk saya bisa ikut pameran ini, seleksinya cukup ketat,” ujarnya.
Waktu kali pertama didirikan, jumlah karyawan Anggun Rotan hanya 5 orang,. Seiring berkembangnya usahanya, Panut pernah mempekerjakan hingga 55 orang karyawan. Akan tetapi, menyusut lagi dan sekarang jumlah karyawan sebanyak 27 orang. “Bangkit dari pandemi kami lakukan secara bertahap, dari mulai memangkas hingga tersisa hanya 10 karyawan, lanjut 15 orang dan sekarang 27 orang,” tuturnya.
Ke depan ia berharap pemerintah jangan sampai melegalkan bahah baku rotan karena efeknya ke pengrajin rotan seperti dirinya dan tentu saja berimbas pada para karyawannya. “Jangan sampai serta-merta rotan diekspor dalam kondisi masih mentah. Karena dengan mengekspor rotan dalam keadaan mentah maka akan mematikan industri rotan dalam negeri. Mengingat bahwa Indonesia merupakan salah satu penghasil rotan mentah terbesar di dunia, namun sebagian besar justru diekspor ke luar negeri, “ jelasnya.
Produk yang dihasilkan oleh Anggun Rotan berupa tas, produk keranjang, box cuci, tas tangan, asesoris ruangan juga beraneka ragam kerajinan berbahan dasar rotan lainnya. Dengan tenaga pengrajin yang benar-benar mampu menganyam rotan dengan begitu rapi serta mampu memadukan bahan rotan dengan bahan lainnya, sehingga menghasilkan produk yang elegan dan memberikan sentuhan warna yang begitu indah untuk dinikmati.

Memiliki inovasi dan kemampuan melihat peluang di pasaran, jadi modal sukses membangun usaha. “Banyak inovasi dan berkreasi untuk mencegah kejenuhan seseorang, karena biasanya orang-orang jenuh dengan model yang itu-itu saja, jadi lah kita membuat sesuatu yang baru, mungkin dengan aksesori atau motifnya. Saya melihat ada peluang lebih besar karena belum banyak orang yang membuat tas dari bahan baku rotan, makanya saya optimis ini pasti akan membawa hasil,” tambahnya.
Bahan baku rotan yang digunakan oleh Anggun Rotan untuk memproduksi kerajinannya didatangkan dari Surabaya, yaitu rotan yang berasal dari Kalimantan. Dalam waktu 1 bulan Anggun Rotan membutuhkan 6 600 Kg rotan. Produk yang dihasilkan sekitar 2.000 pcs per bulan. Tas-tas hasil produksi Anggun Rotan diminati berbagai kalangan terlebih kalangan menengah ke atas dengan harga antara 125.000 hingga 350.000 rupiah per pcs.
“Persepsi orang rotan ini kan hanya untuk kursi atau keranjang, tapi saya di sini kami berbeda, kami gunakan rotan untuk membuat tas dengan kualitas yang kami pertahankan sebaik mungkin dengan berbagai bentuk variannya. Bahkan jika dihitung, sejak dulu hingga kini, kami sudah membuat 300 model hasil kerajinan rotan ini dengan omset kisaran 100 juta per bulan. Saya sangat bersyukur dan semoga ke depan kami semakin berkembang, dapat terus membuka lapangan kerja bagi masyarakat terutama para pengrajin. Untuk pasar rotan ini kami masih optimis karena belum banyak kompetitornya,” ,” pungkasnya. (nch)