Tradisi Merti Tirta di Desa Ponggok, Klaten, menjadi momen istimewa bagi penduduk setempat untuk mengungkapkan rasa syukur dan menjaga kelestarian sumber daya alam yang melimpah. Setiap tahun, acara ini dilaksanakan dengan penuh khidmat, mengikuti kalender Jawa pada tanggal 10 Suro (Muharram), yang dipandang sebagai hari yang baik.

Umbul Sigedhang menjadi saksi bisu dari kegiatan yang dipenuhi oleh ratusan warga, tokoh masyarakat, dan tokoh adat. Kepala Desa Ponggok, Junaedhi Mulyono, dengan penuh semangat menjelaskan bahwa tradisi ini bukan sekadar seremonial, tetapi juga upaya untuk mempertahankan keberlangsungan alam.
“Pengambilan air dari tujuh sumber mata air utama di desa menjadi simbol persatuan, diwadahi dalam kendil yang kemudian dihaturkan dengan tahlil dan doa bersama”, demikian penjelasan Junaedhi.

Pada pukul 19.00 WIB, suasana kian meriah dengan kirab yang diiringi dengan penyebaran ikan dan penanaman pohon beringin. Kegiatan ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga upaya konkret dalam menjaga keberlanjutan ekosistem air. Junaedhi menegaskan pentingnya konservasi sebagai bagian integral dari tradisi ini, karena air bukan hanya sebagai sumber kehidupan, tetapi juga sebagai aset ekonomi melalui pariwisata.
Desa Ponggok telah sukses mengembangkan potensi wisata alamnya, yang tidak hanya memberikan kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes), tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi penduduk setempat. Dengan kunjungan mencapai 70.000 orang per bulan, wisata air di Ponggok tidak hanya menjadi magnet bagi wisatawan, tetapi juga berperan dalam membangun ekonomi lokal.
Salah satu warga, mengungkapkan kekagumannya terhadap keberlanjutan tradisi Merti Tirta. Baginya, selain sebagai bentuk syukur, tradisi ini juga merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Dengan mengikuti setiap tahapan tradisi, dari pelepasan ikan hingga perjamuan bersama dengan hidangan tradisional seperti nasi tumpeng dan ayam ingkung, Santi merasakan kehangatan dan kebersamaan yang memperkukuh rasa kekeluargaan di antara warga Desa Ponggok.
Harapan untuk melihat generasi mendatang mewarisi nilai-nilai kearifan lokal dan komitmen terhadap konservasi lingkungan semakin memperkuat tujuan dari tradisi ini. Bagi warga Ponggok, Merti Tirta bukan sekadar seremonial keagamaan, tetapi juga upaya nyata untuk menjaga harmoni antara manusia dan alam. Dengan demikian, tradisi ini tidak hanya tetap relevan, tetapi juga menjadi perekat sosial dan ekonomi yang penting bagi kehidupan mereka.