Pemuda Desa dan Kota di Papua Sejak Kecil Biasa ‘Nginang’

Bynch

16 March 2022
Isi buah Pinang (Jambe)

Sleman | Narasi Desa – Selesai makan siang, sekumpulan anak muda Papua duduk membentuk lingkaran, mengambil satu demi satu buah Pinang atau Jambe dari kantong plastik. Dipadukan dengan kapur dan buah daun sirih, nginang sudah menjadi tradisi di kalangan mereka. Jika di Pulau Jawa yang biasa nginang adalah para perempuan lanjut usia, maka tidak demikian halnya di Papua. Anak muda di sana sejak kecil sudah nginang.

Menurut mereka, khasiatnya dapat menguatkan gigi dan menghilangkan bau mulut. Kapur untuk mematikan jamur di gigi. Semua kalangan juga sudah terbiasa nginang di Papua, bahkan sejak sebelum SD. “Memang sudah turun temurun, sudah tradisi,” ujar Erwin dari Serui, Kepulauan Yapen, Papua Tengah.

Erwin bersama teman-temannya sesama mahasiswa asal Papua yang kuliah di Yogyakarta, menunjukkan buah Pinang yang biasa mereka nikmati sambil bersantai.

Buah pinang atau Jambe ditambahkan kapur dan buah daun sirih. Menurutnya, mereka biasa kumpul-kumpul sudah sambil nginang terutama habis makan sambil cerita-cerita. Seperti yang dilakukan siang itu, usai menerima bantuan sembako dari jajaran Unit A Subdit IV Ditintelkam Polda DIY, yang dipimpin oleh AKP Siswanto di rumah makan Moro Seneng, Maguwoharjo, Depok, Sleman (9/3/2022). Bantuan berupa beras, mie instan, gula pasir, maupun berbagai keperluan lainnya ini diterima oleh perwakilan mahasiswa Papua di DIY yang diwakili Jhon Telis Msen, SIP selaku senior mahasiswa Papua. 

Secara simbolis, Jhon Telis Msen, SIP selaku senior mahasiswa Papua, menerima bantuan sembako yang diberikat oleh Kepala Unit A Subdit IV Ditintelkam Polda DIY, AKP Siswanto di rumah makan Moro Seneng, Maguwoharjo, Depok, Sleman (9/3/2022)

“Hampir semua daerah di Papua banyak pohon pinang atau Jambe ini, ya sama seperti di Jawa,” tambah pemuda asal Desa Kabuaena, Distrik Yawakukat, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua tersebut.

Di Pulau Jawa, tradisi menguyah buah Pinang umumnya dilakukan oleh kaum wanita yang sudah berumur lanjut. Namun, di Papua tradisi ini dilakukan sejak kecil dan diwariskan turun temurun dari generasi tua ke generasi yang lebih muda. Bahkan, tradisi ini sudah dikenalkan sejak umur tujuh tahun dan terus berlangsung hingga seseorang tua dan meninggal. Tidak heran, banyak orang tua di atas 80 tahun yang giginya masih utuh dan tergolong sehat karena tradisi ini. Hingga kini, masyarakat yang mengunyah buah Pinang dapat kita temui baik di kota besar maupun desa-desa kecil.

Buah pinang beserta pelengkapnya banyak dijual di pinggir-pinggir jalan kota besar di Papua. Umumnya satu paket buah pinang, kapur dan batang sirih dijual seharga Rp 10.000 per plastik, biasanya berisi 5 buah pinang, 2 buah sirih dan 1 kapur. Namun, bagi masyarakat asli Papua, paket ini dapat habis sekali pakai.

Robby, salah satu pemuda Papua mengaku bisa habis 10 buah pinang hanya dalam setengah hari. Sementara yang lainnya, rata-rata seorang pengunyah pinang bahkan dapat menghabiskan 5 paket sehari untuk menikmati tradisi yang sudah mengakar ini. (Nch)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *