Menguji Keberhasilan Program Desapreneur

BySuper Admin

19 December 2023

NARASIDESA – DI YOGYAKARTA | Desapreneur merupakan sebuah terobosan program yang dilakukan oleh pemerintah DIY dalam pengembangan kewirausahaan desa. Program yang sudah dimulai sejak 2019 ini dilaksanakan oleh Dinas Koperasi UKM DIY di 84 desa. Untuk menguji tingkat keberhasilan program ini, Dinaskop UKM DIY menyelenggarakan FGD Evaluasi Keberhasilan Desapreneur pada Selasa, 19/12/2023 di Hotel Tara Sleman. Acara ini dibuka oleh Wisnu Hermawan, SP. MT, Kepala Bidang Kewirausahaan Dinas Koperasi UKM DIY.

Kajian evaluasi dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Ahmad Ma’ruf, SE MSI dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ma’ruf menyampaikan bahwa kajian evaluasi dilakukan dengan metode CIPP terhadap pelaku inti desapreneur di 17 desa dalam kategori maju untuk mengkaji dampak program secara triangulasi kepada pemerintah desa, pengelola dan anggota kelompok. Secara umum tujuan pendampingan adalah untuk mengembangkan potensi desa menjadi produk unggulan desa, yang mayoritas adalah sektor kerajinan dan kuliner.

Makruf menambahkan berdasar hasil kajian, dari persepsi pemerintah dan warga desa penerima manfaat, program ini mampu mengurangi kemiskinan dan angka pengangguran dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru. Namun ada juga beberapa desa yang belum memahami betul program ink sehingga dampaknya belum terasakan oleh pemerintah dan masyarakat desa.

Makruf juga menyoroti banyaknya label atas desa yang seringkali menimbulkan kebingungan di lapangan. Program ini selain dalam bentuk kegiatan pelatihan dan pendampingan,juga berupa pembangunan fisik yang berasal dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Keistimewaan. Makruf mengusulkan bahwa labeling tingkat kemajuan desa preneur ini tidak berdasarkan ukuran waktu, tetapi dengan indikator yang lebih jelas terukur.

Sementara sebagai narasumber panelis, Dr. Yus Susilo menyampaikan dari 84 desapreneur yang sudah terbentuk dan baru 17 desa yang memenuhi kriteria sebagai Desapreneur level maju, maka sebaiknya dilakukan pengutamaan pada kualitas bukan hanya kuantitas.

Dr. Esti Ananta Sari, SAnt. MAP dari UGM menambahkan bahwa program pendampingan ini bagus, namun perlu juga untuk dilakukan evaluasi metode pendampingan yang berorientasi pada keberlanjutan, termasuk bagaimana sinergi dengan tiga pilar yang lain dalam Desa Mandiri Budaya. Komposisi penilaian dalam Desa Mandiri Budaya terdiri Desa Budaya 50%, Desa Wisata 30%, Desapreneur 10% dan Desa Prima 10% dengan kategori masing-masing.

Lebih lanjut Esti menekankan dalam pendampingan desapreneur perlu dipastikan program dan kegiatan sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan masyarakat.