KLATEN – NARASIDESA.COM | Kepala Desa Karangdukuh, Kecamatan Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah, Ari Supriyanto mengaku sangat menyambut baik dan termotivasi setelah mengetahui desanya menjadi salah satu desa tempat penyelenggaraan Bimtek dan Fasilitasi Desa Wirausaha, selain Desa Tibayan dan Desa Ponggok.
“Kami sangat mengapresiasi Narasi Desa telah memilih desa kami, semoga dengan adanya kegiatan ini dapat menggali potensi yang kami miliki sehingga ke depan dapat menjadi desa yang maju seperti desa lain yang saat ini sudah lebih maju,” harapnya.
Dijelaskannya, Desa Karangdukuh sejak tahun dulu merupakan desa agraris yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Dengan pemandangan alam yang hijau dan dapat terlihat jelas di pagi hari saat cuaca cerah Gunung Merapi dan Merbabu ke arah utara desa, dan Gunung Lawu ke arah timur desa. Pekerjaan rumah ke depannya adalah terkait dengan akses jalan yang masih perlu pelebaran untuk memudahkan akses jalan bagi warga dan wisatawan yang datang ke desanya.
Bertempat di aula Balai Desa Karangdukuh, Jogonalan, Klaten hari ini Rabu (24/11/2021) berlangsung Bimtek dan Fasilitasi Desa Wirausaha. Acara yang akan digelar tiga hari ini secara resmi dibuka oleh Pemimpin Umum Narasi Desa, Cahyadi Joko Sukmono. Dalam sambutannya, ia mengatakan bahwa acara yang diselenggarakan secara offline dan online ini dimaksudkan untuk mempercepat tumbuhnya wirausaha desa dan menemukenali potensi-potensi desa, termasuk menggali potensi Desa Karangdukuh. Hal ini tidak terlepas dari sesanti yang sudah mengakar yakni gemah ripah loh jinawi, yang kemudian melahirkan konsep Desa Wirausaha model Geriloji.
“Gemah, ripah, loh jinawi lebih pada sebuah proses, bukanlah hasil yang ingin dicapai. Jika kita ingin gemah maka harus ripah, dengan mengoptimalkan loh jinawi atau mengoptimalkan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan lingkungan sekitarnya. Apa yang sudah dihamparkan Tuhan di kehidupan kita ini, semestinya terus digali dan dioptimalkan dengan terus bergerak. Itulah konsep geriloji yang semestinya kita pahami sebagai proses dalam berkehidupan ini,” paparnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa salah satu solusi penting yang mampu mendorong gerak ekonomi desa adalah mengembangkan kewirausahaan bagi masyarakat desa. Pengembangan desa wirausaha menawarkan solusi untuk mengurangi kemiskinan, migrasi penduduk, dan pengembangan lapangan kerja di desa.
“Apabila desa wirausaha menjadi suatu gerakan massif, maka merupakan hal yang sangat mungkin untuk mendorong perkembangan ekonomi perdesaan,” tambahnya.
Desa wirausaha merupakan program yang dikembangkan untuk mengatasi pengangguran, pendapatan rendah, dan menambah keragaman jenis usaha di desa. Kewirausahaan masyarakat desa pun dapat bermakna mengorganisir struktur ekonomi perdesaan. Seluruh aset desa seperti tanah, air, lingkungan, dan tenaga kerja dapat menjadi modal pengembangan usaha baru yang digerakkan bersama-sama oleh seluruh elemen desa.
Potensi sumber daya desa selama ini belum termanfaatkan secara optimal. Jika pun ada yang memanfaatkan, cenderung eksploitatif dan tidak mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan akibat eksploitasi sumber daya desa.
“Kami bermaksud untuk mengkolaborasi ekosistem yang ada termasuk dengan perguruan-perguruan tinggi, pelaku wirausaha, dan desa digital. Diharapkan Bimtek ini haruslah mengakar. Peserta pun nantinya dapat berafiliasi dengan narasi desa, desa digital, Telkomsel dan seluruh mitra dalam kegiatan ini,” tegasnya.
Sementara itu, Wahyudi Anggoro Hadi, Kepala Desa Panggungharjo,Sewon, Bantul, yang hadir sebagai salah satu Nara Sumber mengatakan bahwa sebelum desanya menyandang berbagai prestasi pasca dipimpinnya, termasuk ditetapkan sebagai desa terbaik tingkat nasional tahun 2014, mengalami berbagai proses yang harus dilakukan. Ia pun pernah melakukan sensus konsumsi dapat disimpulkan memang harus ada perubahan mindset warga agar mau berwirausaha.
“Secara faktual desa memang membutuhkan banyak kawan banyak jejaring untuk kembali membangun kemandirian dan kedaulatannya. Kemampuan untuk memahami regulasi dan memproduksi aturan, kemampuan ekstraksi atau kemampuan untuk memanfaatkan sekecil apapun potensi yang ada di desa mereka, kapasitas responsif beserta kapasitas distribusi dan jaringan tentunya tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah tetapi juga menjadi kewajiban dari para penggerak desa yang menaruh harapan kuat bahwa desa adalah basis kemandirian bangsa. Sehingga desa mampu mengimajinasikan arah gerak dan mereka juga mampu menemukan cara kerja mengoptilkan potensi dan sumber daya yang mereka miliki untuk kemakmuran warganya,” jelasnya saat ditemui usai menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut.
Selain paparan tentang Desa Wirausaha Berkelanjutan, dalam Bimtek di hari pertama ini peserta juga diajak untuk mengenal lebih jauh tentang Teknik Pemetaan Potensi Desa dengan paparan tentang Konsep Dasar SED568 oleh Anis Nugrahanto dan pengenalan digitalisasi desa oleh Andra dari Tim Desa Digital. (nch)