BANJARNEGARA | NARASIDESA.COM – Dataran Tinggi Dieng sudah lama dikenal luas karena keindahan alamnya. Dataran Tinggi Dieng ini diapit oleh jajaran perbukitan di sisi utara dan selatannya, yang berasal dari aktivitas vulkanik yang sama dan disebut Pegunungan Dieng. Pegunungan Dieng sendiri secara geografis berada di antara kompleks Puncak Rogojembangan di sebelah barat dan pasangan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di sisi timurnya. Dengan kondisi seperti ini tidak mengherankan kawasan ini telah menjadi daya tarik tersendiri karena keindahan alamnya dan banyaknya kawasan wisata candi yang diperkirakan dibangun di masa Kerajaan Kalingga pada abad ke-7. Candi-candi yang ada di sini banyak mengambil nama dari kisah Mahabarata seperti Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, dan Candi Puntadewa.
Kawasan Dieng merupakan penghasil sayuran untuk Jawa Tengah.
Kentang merupakan komoditas utama dan usaha taninya menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk kawasan itu. Sehingga di sini petani kentang menjadi pekerjaan mayoritas penduduk. Selain itu, ada pula sayuran lainnya seperti wortel, kubis, dan bawang-bawangan. Selain sayuran, Dieng juga merupakan sentra penghasil pepaya gunung (carica), jamur, buah kemar, kelembak, dan purwaceng yang biasa dibuat sebagai minuman penghangat tubuh.
Di kawasan wisata berketinggian antara 1.600 sampai 2.100 meter dari permukaan laut tersebut, terdapat sebuah desa wisata pegunungan bernama Desa Dieng Kulon di kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah. Pertanian di desa ini menjadi sumber mata pencaharian utama penduduk.
Seorang petani kentang di Dieng Kulon, Aminah, mengatakan bahwa sampai saat ini ia masih tetap bertani kentang. Adanya Koperasi Pelita Sejahtera Mandiri menurutnya sangat membantu para petani termasuk dirinya.
“Dengan simpan pinjam, kami mendapatkan modal awal 2 juta rupiah, sistem angsurannya setiap bulan. Selain untuk bertani, ada juga yang digunakan untuk memproduksi minuman Carica, yang sudah menjadi minuman oleh-oleh khas Dieng selain kripik kentang,” tuturnya.
Saat ditanya mengenai hasil tani kentang, ia mengatakan saat ini harga kentang masih tinggi yakni 10 ribu/kg. “Kentang itu serendah-rendahnya 7 ribu/kg. Soal manfaat meminjam di koperasi berbeda dengan sistem di bank, koperasi sangat membantu karena tanpa jaminan,” jelasnya saat ditemui dalam acara silaturahmi pengurus Yayasan Damandiri di Pendopo Soeharto-Whitlam, kawasan desa wisata Dieng Kulon pada hari Minggu (13/06/2021).
Sementara itu Kepala Desa Dieng Kepala Desa Dieng Kulon, Slamet Budiono mengatakan bahwa jumlah penduduk Dieng Kulon saat ini sebanyak 3100 jiwa terdiri dari 1150 KK dengan 13 RT dan 4 RW. Menurutnya, dua puluh persen warga Desa Dieng Kulon masih tergolong warga kurang mampu.
“Sebagian besar penduduk kami petani, sebagiannya atau 25% sebagai pedagang. Kami mengharapkan warga tidak hanya mengandalkan perekonomian dari pertanian saja, tapi juga dari sektor pariwisata,” tuturnya.
Slamet menambahkan, pariwisata di Dieng Kulon mulai ramai sejak tahun 2010. “Ketika itu kami punya mimpi sama teman-teman dalam membangun sektor pariwisata di sini. Akhirnya di sini kami sudah punya agenda-agenda bertajuk budaya seperti Dieng Culture Festival sejak 2008, yang menampilkan seni budaya Dieng, termasuk pemotongan rambut anak gimbal.
“Untuk andalan kami adalah obyek wisata Candi Arjuna dan Kawah Sikidang. Adapun terkait penggunaan dana desa karena sedang konsentrasi penanganan Covid-19, jadi kami tidak manfaatkan untuk membangun dulu. Ke depan pengembangan akan di bangun lagi destinasi wisata baru seperti program membuat taman bunga yang kami namakan Dieng Garden,” ujarnya penuh optimisme. (nch)