NARASIDESA.COM – Untuk mengubah sebuah masalah menjadi sebuah potensi dibutuhkan pendataan dan pemetaan secara jelas. Sementara untuk mengubah sebuah potensi menjadi sebuah hasil yang nyata, butuh kerja keras dan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Bagaimana mengubah potensi yang dimiliki Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten menjadi sebuah destinasi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan? Kepada narasidesa.com., lurah Desa Ponggok Junaedi Mulyono, S.H., menuturkan, untuk bisa menggerakkan potensi desa menjadi sebuah hasil, semua berawal dari sebuah mimpi yang ia tawarkan kepada warganya.
“Mereka sudah aku kasih mimpi dulu. Mimpi ini kan kalau kita mau sosialisasi, saya punya visi misi. Gambaran kalau kita cuma pakai mic (microphone) kan ada yang nyangkut ada yang nggak? Tapi kalau saya dulu kan memulai untuk paparan itu kan pakai slide. Ini akan jadi seperti ini nanti analisisnya nanti seperti ini, “ papar Mulyono di sela-sela kesibukannya.
Perlu Dana 250 Miliar, Uang dari Mana?
Kata Mulyono, kalau cuma disuruh membayangkan masalah sebuah desa maka orang akan cenderung kesulitan. Hal ini dikarenakan masalah yang dimiliki terlalu banyak jumlahnya. Tetapi kalau bisa menjabarkan dalam sebuah pemetaan semua akan terlihat secara jelas. Misalnya jumlah kemiskinan, jumlah UMKM (Usaha Mikro Kecil Dan Menengah), luas lahan pertanian, jumlah rumah layak huni ada berapa dan lokasinya di mana, jumlah kekurangan gizi berapa, dan lain sebagainya. Satu peta satu data. Inilah yang menurutnya harus dibangun dari sebuah desa.
“Ketika saya sudah menggambarkan peta ini. Peta ini kan masalah , potensi ini. Masih kosong. Ini penggambaran, kalau Ponggok ini dibangun dengan peta, mimpinya Ponggok ini akan seperti ini. Kalau membangun mimpi ini biayanya hampir 250 miliar rupiah ini. Uang dari mana ini? Kita itu punya emas tetapi nggak bisa mengelola. Bisa nggak temen-temen ini mewujudkan mimpi menjadi nyata?, “ lanjut Mulyono.
Lurah yang rencananya menjabat hingga 2024 ini merasa beruntung. Di awal tugasnya sebagai lurah terpilih tahun 2007, ia memiliki tim sukses yang loyal kepadanya. Mulyono menyebutnya para patriot. Ia merasa lebih mudah memotivasi mereka meraih mimpi bersama membangun Ponggok, karena sejak awal mereka sudah punya semangat dan mimpi awal yang sama. Kepada merekalah ia berharap banyak sejak awal, meskipun ia akui banyak juga yang kontra.
“Dulu tantangannya banyak sih yang kontra juga banyak gitu lho. Tapi kalau kita mikirkan yang kontra kan, nggak nyampe-nyampe kan gitu.Sudah punya mimpi, punya perencanaan, tinggal actionnya gimana kan gitu, “ kata Mulyono
Semua sumberdaya manusia awal yang membantunya lalu dinaungi dalam PokDarWis (Kelompok Sadar Wisata). Tetapi karena PokDarWis kemampuannya terbatas di sosialisasi program, selanjutnya Mulyono membentuk Pokja (Kelompok Kerja). Pokja murni gotong royong dan tidak dibayar saat awal bekerja. Mereka terbiasa bekerja siang malam. Rapat rutin hingga malam hari masih terus dilakukan hingga sekarang sebagai evaluasi dan pengembangan.

Foto : Rochmadtulloh/narasidesa.com.
Tugas pemerintahan desa hanya memfasilitasi semua kebutuhan Pokja agar semua bisa berjalan sesuai rencana awal. Semua sudah tertuang dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah). Semua dana APBD diarahkan untuk merealisasikannya. Tahun 2009 mulailah dibentuk BUMDES sebagai wadah dan payung hukumnya.
“Dulu kalau kita mendirikan BUMDes itu masih pakai PP No. 72 sama UU Otonomi Daerah. Belum ada UU Desa. Ketika kita sudah punya wadahnya kita investasikan ke situ dari desa. Untuk revitalisasi ini di Ponggok,” lanjut Mulyono.
Tahun 2010 masih belum tampak hasilnya. Tahun 2011 proses revitalisasi dilanjutkan lagi. Barulah tahun 2012 mulai berhasil secara menggembirakan.
“Tahun 2013 2014 tren- nya naik terus. Lha inilah yang kita mulai pecah ke Umbul Sigedang, Umbul Besuki. PAD (Pendapatan Asli Daerah) semakin besar, sudah ada dana desa. Itu kan mempercepat proses ini.Mewujudkan mimpi itu tadi, memandirikan desa, “ kata Mulyono.
Begini rangkuman tanya jawab Narasidesa.com dengan lurah Junaedi Mulyono :
Umbul itu kan banyak. Apa yang membuat Ponggok dibikin istimewa?
Karena Umbul Ponggok itu sudah ada lebih dahulu. Bangunan Belandanya juga sudah ada. Revitalisasi, mungkin tinggal menambah toilet dan kolam renang anak. Menambah warung-warung kuliner.
Waktu memulai membangun Desa Ponggok, ada berapa orang yang terlibat?
“Ada tim kecil semuanya sekitar 90-an orang. Tiap dukuh, tiap RW ada orang-orang yang itulah. Saya bentuk memang. Saya sering komunikasi ke mereka untuk menyampaikan visi kita besar ke depan. Jadi orang yang mindsetnya sudah sama kan nyambung nih.
Tantangan terbesar?
SDM (Sumberdaya manusia). Mereka ini kan baru kita ajak. Nih, ayo, gitu kan? Ketika nggak ada pembiayaan kes ana kita kan berat nih. Kan dulu banyak dana pribadi yang saya keluarkan untuk ke sana. Ibaratnya kan gitu. Tapi ndak masalah nggak usah dihitung lah. Itu sudah dihitung Yang Maha Kuasa. Termasuk ini nih. Masyarakat yang masih kontra ini kan juga. Ketika kita mimpi belum terwujud pasti kan di paido, diisin-isin (diolok-olok, dipermalukan-red). Termasuk perangkat desa BPD (Badan Perwakilan Desa) juga masih belum sepenuhnya percaya. Wong contoh sajalah kan punya RPJM, saya yakin waktu itu BPD itu baca RPJM belum selesai. Atau kita punya Undang-Undang Desa, saya yakin perangkat Desa baca UU Desa belum selesai. Akhirnya kita ngawur.
Bagaimana proses kaderisasi?
Kaderisasi makanya itu kita itu ada ini program satu rumah satu mahasiswa ini sudah mulai dapat hasil. Mereka sudah mulai lulus ini. Dan ketika sudah mulai lulus mereka sudah mulai bergabung di tim-tim kita. Ada 6 orang yang sudah bisa bergabung. Ada yang perangkat desa ada yang direktur BUMDes. Ada yang jadi anggotanya juga. Ada yang manajer operasional. Sebagian sudah mulai.
Dari sekian prestasi, selain jelas keuntungan ekonomi, apa yang membanggakan?
Bagi saya yang membanggakan lebih kebermanfaatan kita membuka potensi alam yang ada di sini. Banyak dari masyarakat kami yang sudah mulai terlibat. Satu mungkin banyak pengangguran berkurang ya otomatis ibu-ibu. Sudah mulai pada bekerja. Yang pemuda juga sudah mulai ikut BUMDes, PokDarWis, mereka nggak usah kerja di sana jauh-jauh. Bisa kerja di desanya sendiri. Yang paling membanggakan itu sih saya..dan apa yang kita impikan ini bisa terwujud, gitu kan? Ternyata kalau di Tiktok itu ada ini ternyata bener juga semua memang harus berdarah-darah.Ya sukses itu mungkin ya ketika melihat semuanya sudah baik-baik saja.
Ke Depannya?
Kami ingin sumber daya alam yang ada di Desa Ponggok bisa dinikmati secara kontinyu hingga anak cucu kelak. Semuanya telah dituangkan dalam visi misi lingkungan berkelanjutan dengan berbagai program. Penanaman pohon serta melakukan kolaborasi dengan stakeholder di hulu hingga hilir mata air. Program kita kalau nikah harus nanam pohon. Penelitian juga harus menanam pohon di sini. Kolaborasi dengan temen-temen tangkapan air di Gunung Merapi dan Merbabu. Karena air di sini tidak tiba-tiba datang. Tangkapan air kita di sana.

Foto : Rochmadtulloh/narasidesa.com.
Hello my family member! I wish to say that this post is amazing, great written and include approximately all significant infos. I would like to peer more posts like this.
I simply wanted to appreciate you once again. I do not know the things that I would have handled without the actual smart ideas documented by you on that situation. It became a fearsome case in my view, but taking note of a new professional fashion you handled that forced me to leap for contentment. I’m happier for your assistance and as well , hope that you realize what a powerful job you were doing teaching many others thru your websites. I’m certain you haven’t got to know all of us.