Di Tapak Kaki Prajurit, Tumbuh Jiwa Desa

ByCahyadi Joko Sukmono

2 October 2025

Suluk Desa #4

“Bendera tidak berkibar sendirian — ia diangkat oleh tangan-tangan yang menjaga tanah, dan dijaga oleh jiwa-jiwa yang sadar bahwa mereka hidup untuk bangsa.”

Beberapa hari lagi kita memperingati hari prajurit, Hari TNI ke-80.
Banyak yang melihat pasukan berseragam, panji-panji, alutsista, baris-berbaris.
Tapi di balik itu semua, ada suara yang sering tak terdengar: suara desa.
Suara warga kecil, langkah sunyi, dan harapan sederhana.

Aku menatap hamparan sawah,
melintasi jalan kampung,
melihat lentera-lentera rumah yang hidup meski tak ada listrik istimewa.
Dan aku bertanya pelan:

“Di manakah negara hadir di sanubari setiap manusia desa?”

Tentang Kehadiran Negara & Makna Keamanan

Prajurit bukanlah sekadar penjaga atas;
mereka adalah jembatan kehadiran negara di sudut-sudut paling jauh.

Ketika aparat berseragam masuk kampung,
mereka membawa harapan bahwa warga tidak akan dibiarkan sendiri.
Dan izinkan aku berkata lembut:

Negara besar bukan yang punya pangkalan banyak,
tapi yang menanam amanah dalam hati anak-anak desa—bahwa mereka tak pernah ditinggalkan.

Ustadz Adi Hidayat sering mengingatkan bahwa seorang muslim haruslah amanah memegang kepercayaan dengan jujur dan bertanggung jawab.
Dan prajurit pun demikian: saat ia mengangkat senjata, negara menaruh kepercayaan padanya.
Saat ia menjaga negeri, ia memikul amanah zaman yang harus dijaga dari keraguan dan ambisi.

Tentang Jiwa Desa yang Menunggu

Desa bukan ruang hampa di tengah peta strategis,
melainkan nadi yang mengalir dalam tanah bangsa.
Banyak prajurit yang menjaga batas negeri,
tapi siapa yang menjaga batas hati manusia desa?

Aku sering mendengar keluh warga:

“Kemarin listrik padam semalaman,
anak belajar hanya pakai lampu pelita.”
“Kami masih susah akses air bersih.”
“Anak-anak desa ingin sekolah, tetapi biaya menjadi pintu yang menghubungkan atau memisahkan harapan.”

Semua itu bukan sekadar keluhan,
tapi panggilan agar setiap kebijakan berpihak pada manusia.
Agar ketika prajurit menjaga batas negara,
negara turut menjaga batas keadilan di desa.

Tentang Kepahlawanan yang Tersembunyi

Tidak semua prajurit berada di garis depan konflik.
Banyak yang bertugas menjaga keamanan kota kecil, patroli lembah, menembus malam agar kampung tak risau.
Mereka bukan pahlawan yang selalu di parade.
Tapi di kesunyian tugas itulah nilai keberanian sejati.

Begitu pula di desa:
banyak kepala desa, perangkat, petani, relawan yang menjalankan tugas tanpa sorot kamera.
Mereka menjaga agar anak-anak bisa sekolah, jalan tak becek, agar air tetap mengalir, semua dilakukan dengan nyali yang kadang tak terlihat.

Panggilan bagi Kepala Desa & Pemerintah

Kepala desa adalah wujud paling nyata dari kehadiran negara di desa, tidak di aula megah, tapi di pintu-pintu rumah yang tiap saat bisa diketuk warga.
Bukan untuk dipuji,
tapi untuk menjadi pembela dalam senyap.

Aku berharap, agar mereka tidak hanya menjadi “bending administrasi”,
tapi menjadi emban keadilan,
yang lebih sering bertanya:

“Hari ini, adakah warga yang tidur dengan air mata karena kebijakan kita?”

Dan kepada pemerintah:
jangan jadikan desa sebagai agenda subsidi semata,
tapi jadikan desa sebagai ruang ujian kejujuran,
ruang di mana pembangunan diukur bukan dari jumlah proyek,
melainkan dari kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia di sana.

Penutup

Dalam sela seremonial ini, aku ingin menunduk sejenak.
Memohon agar prajurit yang menjaga negeri, kepala desa yang memimpin desa, dan manusia desa yang menanti perubahan semua dikuatkan dalam satu doa:

“Semoga Tuhan tetap menguatkan kaki yang berdiri di depan,
memelihara jiwa yang menunggu di kampung,
dan menjaga agar negeri ini tetap menjadi rumah bagi semua hati.”

Dalam 80 tahun TNI, kita mengenang jasa mereka.
Tapi dalam setiap hari mendatang,
biarlah penghormatan itu diwujudkan dalam keadilan yang hadir di rumah-rumah sederhana,
di sekolah pedesaan, di sumur yang tak pernah kering,
di senyum anak-anak yang tak lagi takut gelap.

Selamat Hari TNI ke-80.
Semoga bangsa ini tetap dijaga oleh prajurit yang beriman, kepala desa yang amanah, dan rakyat yang tetap menjadi cinta kehidupan.