Desa Wisata Namu Tembus 60 Besar WIA 2025: Blueprint Pemberdayaan Pesisir dari Sultra

ByRochmadtulloh

15 September 2025

Konawe Selatan | Narasidesa.com — Kabar gembira datang dari Sulawesi Tenggara. Desa Wisata Namu berhasil masuk 60 besar ajang World’s Best Tourism Village (WIA) 2025. Sebuah pencapaian luar biasa bagi desa pesisir kecil yang dulunya hanya dikenal sebagai perkampungan nelayan.

Namu kini berubah. Homestay berbasis rumah warga, ekowisata mangrove, dan kuliner laut menjadi daya tarik utama. Dengan branding digital yang digarap anak muda desa, Namu berhasil menarik wisatawan lokal hingga mancanegara.

Desa wisata ini terletak di Desa Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Keindahan dan keasrian desa wisata yang satu ini sangat mempesona dan memanjakan mata dan pikiran wisatawan. Desa Wisata Namu menyuguhkan keindahan lanskap air laut yang jernih dengan warna kebiruan serta ditemani hamparan pasir putih. Ditambah lagi dengan deretan pohon kelapa yang berjejer rapi di bibir pantai yang kian menambah eksotisnya suasana Namu.

Desa wisata ini memiliki beberapa pantai, yaitu Pantai Oloa, Pantai Wiawia, Pantai Namu, Pantai Pasir Panjang, Pantai Dusun Empat, juga tidak jauh dari Hutan Suaka Margasatwa Tanjung Peropa, danau, serta Air Terjun Pitu Ndengga. Selain memiliki pantai-pantai yang indah, terdapat pula wisata budaya (seperti tradisi adat istiadat setempat), kuliner unik (seperti Kabuto), serta berbagai kerajinan lokal.

Keberhasilan Namu bukan datang dari luar, tetapi lahir dari gotong royong warga. Pemuda mengelola media sosial, ibu-ibu mengurus homestay dan kuliner, sementara nelayan tetap menjadi garda produksi. Model kolaborasi ini bisa menjadi blueprint bagi desa pesisir lain.

Namun, ancaman selalu ada: degradasi lingkungan akibat over kapasitas wisata, minimnya infrastruktur jalan, dan keterbatasan modal. Jika tidak dikelola dengan baik, prestasi ini bisa berakhir hanya sebagai piagam di dinding balai desa.

Prestasi Namu memberi harapan baru bagi desa pesisir Indonesia. Bahwa dengan inovasi, desa kecil pun bisa menembus panggung dunia. Yang dibutuhkan hanyalah kepemimpinan visioner, partisipasi warga, dan konsistensi menjaga alam