Narasidesa.com – Berbicara tentang Desa Wisata Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, maka kita akan mengingat bagaimana spot underwater-nya yang jernih. Ikan air tawar yang berenang. Aneka property untuk berfoto bawah air yang bisa dilihat dengan jelas. Semuanya bisa tergambar jernih saat melihat unggahan di media sosial.
Umbul Ponggok memang dahulunya adalah mata air alami yang fungsi utamanya irigasi. Selain digunakan untuk pengairan pertanian dan perkebunan, juga digunakan untuk pabrik dan dan perkantoran pabrik tebu di jaman pemerintahan Hindia Belanda.
Selain jernih, saat sedang memasuki area Wisata Umbul Besuki misalnya, kita akan melihat bagaimana ribuan ikan yang dipelihara oleh Pokdarwis (kelompok sadar wisata) Desa Ponggok di kiri kanan jalan masuk sebagai penghasilan usaha perikanan. Dalam satu bulan, Desa Ponggok mampu menghasilkan lebih dari 10 ton ikan nila. Dengan pemasaran ke Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Semuanya tampak bersih. Tidak akan terlihat sampah berserakan di mana-mana misalnya. Sebagai desa wisata, Ponggok juga punya permasalahan yang serius dengan sampah. Bagaimana Desa Ponggok bisa mengubah sampah menjadi tetirah ( tempat rekreasi)?
Kepada Narasidesa.com, lurah Desa Ponggok, Junaedi Mulyono, S.H., mengatakan bahwa sebagai tempat destinasi wisata, Ponggok punya permasalahan terkait sampah. Saat pemetaan tata ruang Desa Ponggok terungkap adanya zona-zona kumuh.
“Saya dulu habis ratusan juta untuk mengatasi sampah. Bikin pelatihan gagal. Bikin ini gagal. Pelatihan, pemilahan, dibelikan alat ini, nggak jalan, “ kata Mulyono.
Sebagai tempat tujuan wisata, Desa Ponggok memang mesti berhadapan dengan pengunjung serta orang yang membuang sampah. Permasalahan sampah bisa menjadi bom waktu di kemudian hari. Pembuangan sampah yang tidak dikelola dengan baik menimbulkan masalah besar. Penumpukan sampah di tempat terbuka akan mencemari tanah dan saluran air. Tersumbatnya saluran air mengakibatkan genangan air hingga banjir.
“Ternyata literasi itu penting. Jadi menyadarkan perubahan mindset itu tidak bisa dalam waktu cepat. Tetapi butuh menyadarkan secara terus menerus. Apalagi sudah ada perubahan iklim dan lain-lain. Kan sudah terbukti. Ada banjir di beberapa tempat di wilayah Indonesia, “ lanjut Mulyono.
Kesadaran masyarakat akan perlunya mengelola sampah secara baik masih rendah. Pembakaran sampah kadang dianggap solusi dan bagian dari pengelolaan sampah. Padahal pembakaran sampah sembarangan mengakibatkan asap dan pencemaran udara ke lingkungan.
“Kalau cuma ditulisi jangan buang sampah di situ, semua orang akan buang sampah di situ.Tetapi kalau tempat buangan sampah ditata dikasih kursi dikasih taman orang kan nggak akan buang sampah. Teman teman di sini mulai sadar ini. Bagaimana sampah mulai dari sampah plastik sedotan harus dikurangi, “ terang Mulyono
Berbagai upaya yang dilakukan bersama-sama dengan warga perlahan mulai membuahkan hasil. Kini, setiap RW punya rumah magot. Magot diolah dari hasil pemilahan sampah organik. Magot dijadikan sumber utama pakan ternak dan ikan.
“Sampah organik selesai di tingkat RW. Di ketahanan pangan saya arahkan untuk gimana magot ini ada keberlanjutannya juga. Ada ayamnya ada ikannya. Kalau di sini kan memang zona perikanan ini. Selain ada pariwisata, ada perikanan, pertanian kan gitu. Perikanannya termasuk maju juga di sini, “ kata Mulyono.
Keberhasilan dimulai dari satu RW yang dijadikan percontohan. RW terpilih yang warganya lebih siap dengan literasi sampah dikasih tanggung jawab. Mulai dari rumah magot hingga bank sampah. Setelah berhasil, ternyata yang lainnya bersemangat untuk segera melaksanakan.
“Gagal tidaknya di kamu. Akhirnya tantangannya di situ. Orang-orang yang sadar dulu, peduli dulu kita ajak mereka yang menjalankan. Satu berhasil yang lainnya mencontoh atau ikutan. Orang Indonesia itu harus ada contohnya dulu. Lainnya ikut-ikutan semua. Itu yang saya lakukan di Ponggok. Jadi Setelah ada contohnya berhasil geser di tempat lain. Geser umbul besuki, geser ke Umbul sigedang. Lainnya nunggu, saya kapan? Saya kapan?,” pungkas Mulyono
Desa Ponggok memang nampak bersih. Selain bebas sampah, juga meningkatkan penghasilan sektor perikanan. Sekarang, dalam pengelolaan sampah terpadu ada tim dari desa, ada tim dari BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), ada pula dari Pokdarwis.