Amal Ilmu sebagai Untaian Cinta untuk Teman-teman di Desa

ByCahyadi Joko Sukmono

20 August 2020

Oleh:  Prof. Sudjarwadi

Diperlukan art of practice, tidak kompleks sekaligus tidak boleh over-simplified. Itulah yang disampaikan oleh Situtena kepada cucunya minggu lalu. Situtena membayangkan suatu program untuk mengajak teman-teman di desa menjadi makin pandai menerapkan pengetahuan apapun yang dimiliki, dan terus ditingkatkan untuk mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi. 

Sebenarnya pengetahuan untuk mengelola kehidupan di desa yang makin tumbuh perlu dilengkapi dengan keterampilan, sikap mental yang bagus, nilai-nilai kehidupan yang baik serta spiritualitas sebagai ekspresi ketuhanan yang maha esa. Setiap orang dimanapun berada berhak mengembangkan dirinya agar mampu mengelola sumber daya yang dimiliki.

Dalam sebuah buku berjudul Ilmu untuk Rakyat Untaian Cinta dari Kampus Biru yang diterbitkan pada awal bulan Mei 2012 mengutarakan satu cita-cita yang sangat menarik. Di sampul belakang buku tersebut tertulis uraian berikut. ILMU UNTUK RAKYAT. Memang begitulah semestinya. Lima belas Doktor yang relatif berusia muda dari Kampus Biru Universitas Gadjah Mada, ditambah Rektor UGM, sesuai dengan bidang yang ditekuninya, berusaha untuk menyemaikan ide-ide sederhana yang disajikan dengan cara yang sederhana pula.

Seandainya disarikan, di jagad raya ini, tugas manusia hanyalah terdiri dari dua, yakni mengabdi kepada Tuhan serta mendorong kebaikan kepada sesama. Karena itu, semangat menyala-nyala memajukan masyarakat yang kurang beruntung, perlu terus dipupuk. Karena itu, keeratan hubungan antarmanusia yang senang bergotong-royong antarkolega, perlu terus dikembangkan. Karena itu, usaha memosisikan diri menjadi manusia yang telah ?selesai? penuh keikhlasan, perlu terus dilatih sampai batas kapanpun kita diberi umur. Oleh karena itu pula, pengabdian kepada Tuhan adalah ujung dari segala usaha.

Harapannya, para penulis bermaksud untuk melestarikan nilai-nilai filosofi luhur Universitas Gadjah Mada, ? dan seterusnya. Membaca tulisan tersebut di atas, Situtena merasa pasti bahwa tidak hanya Universitas Gadjah Mada saja yang telah mendokumentasikan catatan tentang nilai-nilai luhur dalam versi masing-masing.

Datanglah satu imajinasi bahwa dengan hadirnya pandemi Covid-19 banyak sekali tambahan ide-ide, gagasan-gagasan untuk perluasan ajakan amal ilmu dengan  model sistem yang makin mendekat orientasinya ke potensi desa-desa di Indonesia.

Potensi apakah yang paling penting di desa-desa? Semua sumber daya tersedia di desa adalah potensi. Potensi yang paling menentukan bagi perbaikan masa depan adalah sumber daya manusia. Dalam buku Ilmu untuk Rakyat Untaian Cinta dari Kampus Biru tersebut, pada halaman 7 (tujuh), tertulis perlunya tiga landasan utama penciptaan teknologi tepat dan optimal dalam manajemen sumber daya. Tiga landasan tersebut adalah data lengkap, teknologi informasi dan analisis komprehensif. Bagaimanakah tulisan delapan tahun yang lalu tersebut dapat memberi manfaat kepada teman-teman di desa?

Satu alternatif jalan pemanfaatan ilmu yang baik adalah memilah dan memilih ilmu yang cocok bagi solusi urusan yang dihadapi termasuk di desa-desa. Solusi tersebut secara prinsip adalah praktik baik peningkatan nilai ekonomi sumber daya di desa-desa secara tepat. Cara sesuai sifat masyarakat desa, dapat mengangkat sistem pendekatan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara untuk urusan pendidikan, yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Desa, memerlukan pemimpin-pemimpin yang bermukim setempat dengan kemampuan seni praktik ilmu tepat guna dengan posisi dinamis sesuai  situasi dan kondisi serta waktunya. Pada suatu situasi tertentu harus berada di depan memberi contoh (ing ngarso sung tulodho), situasi yang lain berada di tengah-tengah masyarakat desa menguatkan kemauan kerja keras kerja cerdas (ing madyo mangun karso) dan apabila masyarakat sudah menguasai cara-cara solusi suatu urusan maka pemimpin desa cocok berada di belakang saja memberi dukungan pemberdayaan (tut wuri handayani).

Seni praktik (art of practice) pendekatan tersebut dapat diurai lebih lanjut berikut. Amal Ilmu sebagai Untaian Cinta untuk Teman-teman di Desa memerlukan art of practice, tidak kompleks sekaligus tidak boleh over-simplified. Teman-teman di desa dapat diajak menciptakan ilmu solusi untuk urusan mereka dengan menggunakan sumber daya mereka. Para pemimpin yang bermukim setempat dapat dilatih mengangkat gagasan praktik amal ilmu dalam kerangka berikut.

Guru terbaik adalah pengalaman, bersama teman-teman di desa dapat belajar dari pengalaman orang lain melalui pengetahuan eksplisit (explicit knowledge) dan pengalaman diri sendiri berupa dominasi pengetahuan tasit (tacit knowledge). Belajar sepanjang hayat dengan orientasi tersebut berkaitan dengan semangat berlatih menciptakan inovasi di desa tempat pemimpin lokal bertumbuh. Sesuai konteks, dapat dilakukan problem based education, case-based, collaborative dan berbagai pendekatan spesifik yang paling cocok.

Inovasi  dilakukan tidak sendirian, namun melakukan manajemen pengetahuan secara bersama dalam kelompok-kelompok yang dibentuk di desa-desa. Dengan kerangka pikir tersebut digunakan  Prinsip Patrap Triloka Ki Hadjar Dewantara, satu kelompok mendapat tantangan peningkatan nilai ekonomi sejumlah sumber daya setempat.

Teman-teman di desa, dengan bahasa mereka,  diajak memahami konteks saat ini dan ke depan bahwa dalam praktik penerapan ilmu sekarang ini dapat memilih asas kesederhanaan, zaman superman telah berakhir dan diganti dengan superteam. Untuk beberapa hal sesuai budaya setempat diberi tambahan kekuatan pengunaan HP yang dapat digunakan untuk sinergi belajar membuat rencana tindakan serta implementasi optimal dengan  menggunakan hasil-hasil  IPTEKS tepat guna.

 Dengan konteks kultur desa setempat yang diciptakan harmoni dengan industri 4.0 dan kehadiran Covid-19,  akan dikelola unggulan-unggulan lokal yang cepat meningkatkan nilai ekonomi sumber daya pilihan dan menumbuhkan juga sense of pride atas keberhasilan kelompok.

Begitulah pemikiran Situtena yang akan disampaikan kepada cucunya Aleita bila datang waktu yang tepat untuk berbincang ringan. Situtena beristirahat  berpikir, ?. dan dia beranjak dari bangku di ruang belajarnya untuk menengok pertumbuhan tanaman-tanaman di belakang rumah.